Sejarah....
Naga Raja dan Naga Bumi (Bag-8)
Sebagai tokoh paling sakti di tanah Jawa, sanghyang Japuro, mengerti betul tentang segala bentuk kesaktian ilmu, lebih lebih dalam hal cahaya atau pancaran ilmu. Seperti halnya saat ia melihat lembayung cahaya ke emasan yang menjulang tinggi ke langit.
Walau jarak antara Tasik dan Banten Girang 335Km jauhnya. Namun bagi Sanghyang Japuro, jarak tidak menjadikannya penghalang. Berkali kali ia menatap tajam ke arah cahaya tadi sambil tiada henti hentinya mrnggerutu penuh dendam.
Dihadapan 180 resi dan pertapa sakti, sanghyang Japuro, berkata lantang.
"Ketahuilah kalian! Batara Guru, baru saja turun dan memberikan kesaktiannya pada titisan durjana yang telah membunuh kedua putraku. Namun....sesakti apapaun ilmu yang dimiliki Naga Raja dan naga Bumi..tidak menjadikanku mundur"
Lalu tiba tiba Sanghyang Japuro, menjerit keras dan lambat laun wajahnya berubah menjadi merah menbara. Melihat kejadian ini semua resi dan pertapa sakti langsung menyingkir menjauhinya. Mereka paham betul akan kemarahan Japuro, jangankan manusia, bumi- pun akan hancur bila Japuro, sudah berubah seperti ini.
Mendadak tubuh sanghyang Japuro, mulai membesar dan naik keatas. Bila Sanghyang Moksa dan Bintalo, mampu tubuhnya membesar dan menjadi sosok raksasa dengan tinggi mencapai bebukitan. Kini sanghyang Japuro, 10X lipat besar dan tinggi dibandingkan sosok putranya.
Tinggi tubuh sanghyang Japuro, tidak bisa dilihat dari bawah. Kepalanya sudah berada diatas awan. Dengan kesaktian ilmu yang dimilikinya sanghyang Japuro, langsung mengambil pusaka yang tersimpan didalam mega, yaitu berupa busur dengan kinatah emas bermotive Naga kelewang. Pusaka sakti ini bernama "Kalamisani".
Tidak ada satupun manusia yang mampu menahan pusakanya bahkan setingkat Dewa sekalipun. Pusaka ini milik dari Dewa Semar. Melihat sanghyang Japuro, mulai memegang busur saktinya, para Dewa langit, hanya bisa menelan ludah tanpa bisa berbuat apa apa. Sebab urusan dunia, bukan bagi
by. H. Idris al yatimi