Minggu, 02 September 2018

Sejarah
Naga Raja dan Naga Bumi (Bag-14)


Sejak kematian tokoh paling sakti di tanah Jawa Sanghyang Japuro, membuat semua keturunan sanghyang, tidak berani datang, apalagi sampai membuat tempat tinggal di kota Tasik. Bahkan seiring waktu berjalan. Para Raja, enggan membangun istananya di kota tersebut. Mereka masih trauma dan ketakutan atas keberadaan Naga Raja dan naga Bumi yang dianggap masih punya dendam kepada seluruh keturunan Sanghyang Japuro dan Resi serta pertapa sakti lain.
Beribu ribu tahun kota Tasik, mulai menjadi daerah angker. Hutan belantara mulai terlihat di beberapa daerah, semakin tahun daerah ini seolah mati dan tidak ada satu orang pun yang berani datang.
Zaman telah berganti, rakyat mulai mengenal system pemerintahan didaerah masing masing, setiap daerah memiliki pemimpin yang adil, Majapahit, Kediri, Singosari, Blambangan, Padjaharan dan kerajaan lain mulai muncul diberbagai daerah. Hanya Tasik, satu satunya kota di Jawa, yang masih terlihat wingit tanpa berpenghuni.
Pada masa Tabi'ina, dimana para Ulama dan Waliyulloh, telah banyak belajar ilmu agama kepada para Tabi'in, yang bersumber langsung dari para sahabat Nabi.
Pada waktu itu seorang Ulama Sufiyyah, bernama Sanusi dari keturunan Sayyid Ja'far Sodik, pergi membawa bendera perang bekas kakek uyutnya Baginda Rosululloh SAW. Beliau ingin mencari tempat yang tenang agar bisa beribadah khusu' kepada Allah Jalla Wa'ala. Namum setiap beliau menemukan tempat sepi, ada saja gangguan yang membuatnya harus pindah tempat, seperti diganggu binatang buas dan para pendengki islam (aliran hitam).
Suatu hari beliau terus mengayuh jukungnya di laut lepas, namun cuaca pada waktu itu sedang mengalami gelombang besar hingga jukungnya terbelah menjadi dua bagian. Disaat inilah beliau hanya bisa berpegang pada pecahan salah satu papan jukung yang kini sudah menjadi puing puing kecil hingga tanpa sadar beliau terdampar disalah satu pulau Jawa, tepatnya di pesisir Kebumen Jawa Tengah.
Dengan keadaan basah kuyup, beliau terus berjalan dan akhirnya menemukan satu goa, yang kini bernama "Goa Pengantin". Disitulah beliau mulai melampiaskan cinta kasihnya kepada Allah. Siang malam beliau terus bermunajat hingga tanpa sadar, 4 tahun telah berlalu. Suatu hari daerah Kebumen, mengalami puting beliung hingga air laut menjadi pasang dan masuk menutupi goa Pengantin.
Dengan sisa tenaga yang dimilikinya Syeikh Sanusi, mencoba untuk keluar goa namun terjangan ombak semakin kuat hingga lambat laun tubuhnya tidak mampu menahan gelombang laut yang banyak masuk ke mulutnya. Kini tubuh Syeikh Sanusi, mulai tenggelam dan terbawa arus menuju tengah laut. Disinilah Allah menolong kekasihNya. Tubuh Syeikh Sanusi, mulai tersangkut batang pohon kelapa yang terhempas gelombang.
Baru beliau sadar setelah batang kelapa tadi terdampar di mulut pesisir. Melihat cuaca cerah dan air laut tidak lagi mengamuk, beliau mulai mencari tempat sepi yang jauh dari pantai. Siang dan malam beliau terus berjalan sambil berzikir kepada pencipta semesta alam.
Tepatnya di hari Jumat, waktu dhuhur, beliau menghentikan langkahnya dan mulai melaksanakan sholat. Namun setelah selesai bermunajat diri, tiba tiba tempat yang beliau duduki bergetar sangat keras hingga tubuhnya hampir terpelanting jatuh.
Bersammbung.


by. H. Idris al yatimi 

HAEKAL GOA GUNUNG MUJAROB

HAEKAL GOA MUJAROB NAGA RAJA

LOUNCHING KEILMUAN HAEKAL GOA MUJARROB NAGA RAJA dan NAGA BUMI. Maha suci Allah atas keagungan ilmuNya, solawat serta salam kam...