Minggu, 04 November 2018

MENGULAS DI DAPATNYA KERIS KELABANG KAKI SERIBU.



MENGULAS DI DAPATNYA KERIS KELABANG KAKI SERIBU.
Penulis : H. Idris Al yatimi

Tentu siapapun pernah mengalami datangnya cobaan atau godaan berat saat sedang menjalankan tirakat, baik berupa lapar dan dahaga atau takut bertemu dedemit, males akibat amalannya terlalu panjang atau bisa juga kangen istri dan lainnya, apalagi kalau tirakatnya jauh dari rumah.

Godaan semacam ini pernah terjadi pula padaku disaat sedang tirakat menjalankan Hizib Alam Nasyroh, di makbaroh Mbah Kuwu Alang alang, Talun Cirebon Girang. Pada waktu itu saya niatkan dengan cara berpuasa lepas (tidak makan dan minum) selama 4 hari full.

Awalnya saya merasa nyaman walau banyak peziarah datang silih berganti, namun dimalam ke-3, saya merasa terganggu dengan satu kelompok yang berbicara sangat keras diselingi gelak tawa tanpa memikirkan kenyamanan lainnya. Beberapa kali sayamendatangi mereka untuk mengecilkan volume suaranya, namun yang terjadi malah balik sebaliknya, gelak tawanya semakin menjadi jadi.

Malam itu saya mengalah pergi meninggalkan makbaroh menuju tempat lain yang tidak jauh dari lokasi, ternyata tempat itu sangat nyaman, disamping jauh dari lalu lalang manusia, siapapun pastinya tidak bisa melihat karena tertutup oleh banyaknya pohon besar.

Dengan perasaan nyaman kita mulai berdzikir kembali setelah tadi terputus, namun menginjak tengah malam, saya dikejutkan oleh sepasang muda mudi yang datang menyelinap tidak jauh dari tempatku, mereka bercumbu rayu saling cium. Mungkin saat itu mereka tidak melihatku karena tertutup batang pohon, tapi bagiku, adegan mereka membuatku semakin resah. Akhirnya dengan terpaksa saya menyudahi dzikirku dan mendatangi mereka untuk segera pergi dari tempat tersebut, namun kurang dari lima langkah darinya, tiba tiba keduanya menatapku.

Betapa terkejutnya diriku setelah tahu wajah mereka, rupannya keduanya bukan manusia, wajahnya lonjong berwarna putih berkeriput dan kedua telingannya memanjang keatas. Melihat kejadian ini diriku lari terbirit birit menuju arah makbaroh.

Sesampainya di dalam musholla yang letaknya satu bangunan dengan makbarohnya Mbah Kuwu Alang alang, saya mulai mencari orang yang masih melek sekedar untuk berbincang bincang sebagai penghilang rasa takutku, namun ternyata semuanya sudah tertidur pulas. 

Lalu dengan langkah seribu, saya mulai keluar makbaroh menuju warung makan, harapanku semoga disana ada orang yang masih melek, namun baru saja langkahku menuruni anak tangga, tiba tiba dari pos jaga, seseorang memanggilku:

"Mau kemana akang?"

Mendengar ada orang lain yang masih melek, diriku segera menghampirinya, ternyata di sana ada seorang bapak bapak yang sudah berusia tua sedang duduk sendirian. Lalu ia bertanya kembali padaku:

"Mau kemana malam malam begini masih keluyuran?"

"Anu kek,,,,mau cari teman sekedar buat ngobrol" jelasku.

"Ya sudah disini saja denganku" jawabnya.

Malam itu benar benar diriku terhibur olehnya, apalagi beliau sangat pintar bercerita seputar sejarah para Wali. Takutku akan kejadian tadi sedikit berkurang. 

Sebelum menjelang waktu subuh (sekitar pukul 03-15) disela pembicaraan kita, tiba tiba beliau memegang tanganku dan berkata:

"Jangan takut dengan segala godaan, sesungguhnya manusia makhluk paling mulia yang Allah ciptakan" dan entah darimana beliau mengambil, tiba tiba tangannya sudah tergenggam sebilah keris dan menyerahkannya kepadaku.

Setelah keris itu saya terima, seperti ada hawa lain yang merasuki bathinku, mendadak rasa takutku sirna seketika dan tanpa sadar aku bertanya kepadanya:

"Ini keris apa Ki dan dari mana asalnya?"

Beliau menjawab: "Iki keris kelabang sewu dueku dewe" (Ini keris kelabang seribu milikku sendiri) jelasnya.

Mendengar jawabannya saya bertanya kembali.

"Nama kakek siapa dan darimana?"

"Namaku Danusela asal dari daerah sini" jelasnya.

Saat memasuki waktu subuh saya berpisah dengannya dan setelah usai menjalankan sholat berjamaah, saya minta ijin kepada juru kuncen, untuk balik kembali kerumah, namun sebelumnya saya sempat bertanya kepadanya tentang nama Danusela. Mendengar nama ini juru kuncen terdiam dan menatapku tajam tajam.

"Jaga ucapanmu, jangan asal menyebut namanya saja. Emang kamu mau apa tanya nama itu!" jelasnya ketus.

Dengan polos akhirnya bercerita tentang kejadian tadi malam

"Coba lihat mana kerisnya!" masih bernada ketus.

Tanpa rasa curiga, saya mulai membuka tasku dan menyerahkan kerisnya. Dengan sedikit kaget, ia mulai mencermati secara detail keris tersebut:

"Ini kerisku yang hilang kemarin, nih ciri cirinya" sambil ia menunjukkan gagangnya yang terbuat dari Gading gajah.

Mendengar jawabannya saya hanya pasrah saat keris itu diambil olehnya dan saat menuju pulang diantar ojek pangkalan, saya bertanya kepadanya tentang nama Danusela. 

Mendengar pertanyaanku, mendadak ia mengehentikan motornya dan marah besar padaku:

"Hai kalau ngomong yang sopan mas. jangan asal jeplak" tegasnya.

Saya semakin bingung dengan jawabannya, lalu saya bertanya kembali:

"Maaf saya pendatang dan tidak tahu atas nama tadi, makanya saya bertanya"

"Jangan sekali kali lagi kamu menyebut nama itu dengan sebutan tadi, su-ul adab, sebut saja dengan nama Mbah Kuwu Alang alang" 

Mendengar jawabannya saya langsung kaget;

"Jadi nama tadi adalah sebutan Mbah Kuwu Alang alang" tanyaku penasaran.

"Iya, Syeikh Wali Danusela, adalah Mbah Kuwu Alang alang"

"Subahanalloh,,,jadi semalam saya ngobrol dengan beliau?"

Satu minggu kemudian, entah datangnya darimana, tiba tiba keris itu sudah ada di diatas sejadahku.

Insya Allah hari ini atas nama rutinitas mingguan anak yatim, dan demi kemuliannya, saya akan melelangkan keris kelabang sewu untuk menyenangkan hati mereka.

HAEKAL GOA GUNUNG MUJAROB

HAEKAL GOA MUJAROB NAGA RAJA

LOUNCHING KEILMUAN HAEKAL GOA MUJARROB NAGA RAJA dan NAGA BUMI. Maha suci Allah atas keagungan ilmuNya, solawat serta salam kam...