Perburuan pusaka payung Agung sri Sulthan Demak Bintoro.
Penulis : H. Idris Al Yatimi
Kisah mendebarkan bersama para pakar spiritualis Cirebon pada tahun 2004 lalu. Pada waktu itu saya diajak oleh guruku kang Rosyadi. Beliau salah satu santri gunung Ciremai, yang memiliki kelebihan bathin sangat mumpuni. Pada malam jum'at kliwon, tepatnya sehabis manaqiban seorang tamu dari Demak, datang menemui kang Rosyadi. Rupanya beliau salah satu calon legislatif RI, yang berharap bisa memiliki salah satu wasilah menuju kemudahan kearah sana.
Malam itu kang Rosyadi, menyanggupi dengan apa yang diminta oleh si calon, yaitu mengambil pusaka payung agung sri sulthan Demak. yang konon kata si tamu, masih berada diatas cungkup memlo masjid Demak.
Tepatnya malam minggu kita berempat dijemput oleh salah satu ajudannya menuju ke tempat lokasi. Pada waktu itu perjalanan kami memakan waktu kurang lebih 8 jam lamanya.
Malam seninnya kita mulai mencari areal yang dekat dengan masjid agung dengan beragam sarana yang sudah disiapkan dari rumah. Namun sayang sebelum pengambilan pusaka dilaksanakan, entah kenapa kedua temanku mendadak tidak sadarkan diri.
Hampir 4 jam lamanya keduanya belum juga siuman, terpaksa malam itu kita dan kang Rosyadi, yang menjadi juru penarikan pusaka tersebut. Namun lagi lagi rintangan selalu datang. Tiba tiba hujan besar turun disertai angin kencang dan suara halilintar saling bersahutan. Terpaksa malam itu pengambilan pusaka kita batalkan.
Besok malamnya kita mulai kembali melaksanakan pengambilan pusaka bersama dua temanku yang kemarin tidak ikut serta akibat tidak sadarkan diri. namun naas tidak bisa ditolak, disaat kita sudah menjalankan ritual penarikan, tiba tiba dari arah barat, melesat cepat laju mobil Colt Mitsubishi, menghantam tubuh temanku hingga terluka parah. Usut demi usut rupanya si pengemudi mobil tadi lagi lagi belajar menyetir sehingga tidak bisa mengendalikannya secara sempurna. Malam kedua gagal kembali.
Siang harinya kang Rosyadi, mengajakku ke areal masjid Agung Demak, beliau terus mengitari masjid sambil membaca satu amalan kunci, untuk mengetahui kenapa pusaka tersebut sulit diambil? dan ternyata pusaka yang di inginkan si calon MPR, bukan pusaka biasa, melainkan sudah ada sejak era Raden Fattah, sebagai paku bumi kota Demak dan sekitarnya.
Disinilah yang membuat kita dan kang Rosyadi, mulai ciut nyali. Namun untuk kembali tanpa hasil, sepertinya sangat tidak mungkin, sebab uang si calon sudah banyak digunakan untuk membeli sarana dan lainnya. Akhirnya malam ke tiga, kita berdua nekad menjalankan ritual penarikan dari ujung selatan alun alun.
Tiga jam sudah kita melaksanakannya namun jangankan pusaka itu hadir, untuk penampakkannya saja, sama sekali tidak terlihat, Akhirnya malam itu kita kembali gagal. Mendengar ke tiga kalinya tidak membawa hasil, si calon marah marah dan menganggap kita hanya sekedar memanfaatkan uangnya. Betapa sakit hatiku saat itu, tenagaku sudah mulai letih, temanku terbaring di rumah sakit dengan tulang rusuk patah satu, ditinggal pula oleh si calon MPR tadi.
Malam ke 4, kita dan kang Rosyadi, lebih memfokuskan untuk menjaga temanku di RS, dan malam kelima, disaat kita memutuskan untuk pulang kembali ke kampung halaman. Tanpa disengaja sewaktu kita melewati masjid Agung, seberkas sinar putih terpancar sangat jelas diatas cungkup masjid. Melihat ini kita berdua langsung mencari lokasai yang jauh dari lalu lalang manusia. Dengan kekuatan penuh, alhamdulillah pusaka itu bisa kita dapatkan.
Kini pusaka Payung agung sri sulthan Demak Bintoro, tersimpan rapih selama 14 tahun lamanya dan hanya digunakan sewaktu butuh saja. Baik untuk memuluskan jabatan, pembuka kerejekian, penetralisir tempat, mengobati orang kesurupan dan multifungsi lainnya.
Alhamdulillah minggu kemarin disaat kita beres beres tempat kholwat, puaka ini masih terjaga dengan baik.
Atas nama rutinitas anak yatiman, fainsya Allah, nanti besok pusaka ini saya lelangkan dan 100% hasilnya membantu mereka.
Bagi yang mau BN Monggo. Amalan kunci saya berikan.