Sejarah
Naga Raja dan Naga Bumi (Bag-6)
Naga Raja dan Naga Bumi (Bag-6)
Sebagai seorang Dewa yang dihormati seluruh negeri Alengka, Batara Guru, kini harus menanggung malu atas perbuatannya dulu dengan istrinya
Umayi, hingga menjadikan titisannya yang jatuh ke bumi, bermasalah. kini dihadapan para sesepuh Dewa yang lebih tua darinya, seperti Dewa Weling, Dewa Wastu, Dewa Nurcahya dan Dewa lain, Batara Guru, mulai disidang.
Umayi, hingga menjadikan titisannya yang jatuh ke bumi, bermasalah. kini dihadapan para sesepuh Dewa yang lebih tua darinya, seperti Dewa Weling, Dewa Wastu, Dewa Nurcahya dan Dewa lain, Batara Guru, mulai disidang.
Dihadapan para sesepuh, Batara Guru, hanya bisa tertunduk malu, cercaan demi cercaan mulai mengarah kepadanya dan pada ujung persidangan, Dewa Nurcahya, selaku Dewa paling tertua, mengutus Batara Guru, agar menasehati titisannya Naga Raja dan Naga Bumi.
Maka berangkatlah Batara Guru, dengan menaiki kerbau sakti Andini, turun ke bumi menuju daerah Tasik Jawa Barat. Sesampainya dimulut goa Istana, Batara Guru, mulai berkata lantang, menahan rasa kesal atas dipermalukan dihadapan para Dewa tadi.
“Hai Naga Raja dan Naga Bumi…Keluarlah…..Sambutlah ayahmu!”
Mendengar suara Batara Guru, menyapa namanya. Naga Raja dan Naga Bumi, melesat keluar. Kedua naga ini menunduk hormat atas kedatangan sosok yang selama ini di nantinya.
“Salam hormatku Ayah”
Namun tak disangka penghormatan Naga Raja dan Naga Bumi, langsung dibalas dengan tangan Kasar:
“PLAKKKK…..PLAKKK”
Tamparan tangan Batara Guru yang sangat keras!, membuat Muka Naga Raja dan Naga Bumi, legam disekitar wajah. Kedua naga ini langsung menunduk khidmat tanpa berani berbuat apa apa.
“Gara gara kalian! Aku dipermalukan semua Dewa langit”
Mendengar jawaban Batara Guru, barusan. Naga Raja, mulai mengangkat wajahnya dan bertanya balik!”
“Maaf Ayahanda! Apa yang menyebabkan para Dewa marah ke Ayahanda?”
“Ketahuilah kalian. Dengan membunuh Sanghyang Moksa dan Sanghyang Bintalo, Sanghyang Japuro, Dewa paling sakti dimuka bumi ini marah besar! Bahkan para keturunanku semua tidak menerimakan dan ingin menantang kalian berdua. Sanghyang Japuro dengan 180 keturunanku para resi dan pertapa, akan datang kemari. Para Dewa Langit, mencaci makiku akibat perbuatanmu!
Betapa terkejutnya Naga Raja dan Naga Bumi, atas penuturan Ayahandanya barusan. Terlihat wajah naga Raja, mulai menyesali atas perbuatannya.
“Ampun beribu ampun Ayahandaku! Sekarang harus bagaimana? Apakah kita berdua diam saja saat mereka menyakitu?” Naga Raja mulai meminta pertimbangannya.
Mendengar jawaban titisannya, kini Batara Guru, yang berbalik diam. Batara Guru, sadar akan posisi titisannya saat ini. Bila kedua titisannya hanya diam saat disakiti, miscaya nyawa yang menjadi taruhannnya.
Setelah merenung sesaat. Batara Guru, mulai melunak hatinya.
“Wahai putraku? Hidup matimu aku serahkan pada kalian berdua. Kini aku melepaskan tanggung jawabku sebagai orang tua. Jagalah diri kalian!” Setelah berkata demikian Batara Guru, langsung menghilang dari hadapan Naga Raja dan Naga Bumi.
Bersambung
by. H. Idris al yatimi