Sejarah
Naga Raja dan Naga Bumi (Bag-4)
Naga Raja dan Naga Bumi (Bag-4)
Tidak menyangka akan serangan balik dari dua Naga sakti titisan Batara Guru, kini kedua naga mulai menukik sangat cepat laksana bola api yang begitu besar. Cahayanya yang menyala dan deru suaranya yang membuat semua pepohonan dan bumi sekitar amblas ke bawah.
Sekuat apapun tenaga Sanghyang Moksa dan Sanghyang Bintalo yang kini berwujud raksasa, tetap saja keduanya mulai terlihat ketakutan. Pasalnya Naga Raja dan Naga Bumi, yang panjang tubuhnya mencapai Tasik- Cirebon, mulai menampakkan kemarahannya.
Sayap yang besarnya mampu menutupi seluruh kota Tasik, mulai dikepakkan laksana gasing, pepohonan dan benda lain yang berada disekitar goa Istana, beterbangan akibat hempasan kencang sang Naga. Pekikkan demi pekikkan mulai terdengar menakutkan. Dengan liukkan tubuhnya naga Raja dan naga Bumi, mulai menyerang kedua kakak beradik, laksana kecepatan busur panah….
“Wuuuussssss”
Melihat nyawanya terancam, Sanghyang Moksa dan Bintalo, mulai bersiap diri, gada raksasa yang kini tergenggam erat ditangannya masing masing mulai diayunkan keatas.
“BRAAAKKKKKK”
Benturan keraspun terjadi, gada milik kedua sanghyang ini langsung terlepas oleh kerasnya hantaman kepala Naga dan tubuh keduanya terpelanting hingga mencapai 443.000 diro’ atau setara 223km.
Betapa kuatnya tenaga yang dimiliki kedua naga ini hingga keduanya tak mampu bertahan dan harus terlempar begitu jauh. Kisah mencelatnya tubuh Kedua sanghyang ini baru terhenti setelah keduanya membentur sebuah gunung hingga gunung ini terbelah menjadi dua bagian.
Gunung ini sampai sekarang menjadi saksi atas hancurnya tubuh putra Sanghyang Japuro Sakti akibat melawan Naga Raja dan Naga Bumi, yaitu gunung Sumbing dan Tidar, di Magelang Jawa Tengah.
Tubuh kedua raksasa ini langsung raib (ngahyang) setelah hancur berkeping keping menghantam sebuah gunung, dan percikan darahnya yang keluar, berubah wujud menjadi sosok manusia, yang terkenal dengan sebutan Denawa. Tokoh sakti yang
by. H. idris al yatimi