By H. Idris Al yatimi
Dzat Allah yang menyatu pada sifat hamba. Manunggaling kaula Gusti atau yang biasa disebut Wahdatul Wujud, bagian derajat agung pada diri manusia (pribadi).
Setiap diri Waliyulloh, semua akan mengalami Manunggaling kaula Gusti, atau secara ilmu Tauhid, disebut Zadab (hanya tertuju atau cinta kepada Allah). badan dan tingkah lakunya tidak tertatah akibat kuatnya Dzat Allah yang masuk pada sifatnya (Fana').
Berbeda dengan Wali yang sudah melewati masa Zadab (manunggaling kaula Gusti) Mereka akan kembali normal atau secara pemahaman tauhid, disebut Salik (kembali ke asal). Baik Zadab atau Salik, secara makna perjalanan (Thoreqoth) suatu hal yang biasa baginya.
Dalam babad tanah Jawa, ilmu Manunggaling kaula Gusti atau Wahdatul Wujud, sangat masyhur disandar oleh Guru besar para Waliyulloh Syeikh Siti Jenar. Hanya saja pada masa itu para santri bodoh yang sekedar ikut ikutan menjadi pengikutnya selalu memanfaatkan ke zadaban beliau sehingga para Wali lain menjadi tidak suka. Bagaimana kisah aslinya secara kedudukan atau maqomat ilmu yang disandar para Wali Songo dan Syeikh Siti Jenar kala itu?.
Syeikh Siti Jenar, sangat alim dalam segala aspek ilmu agama dan pembedaharaan, beliau seorang guru Waliyulloh dimasanya. Bahkan tidak jarang, sekelas Raden Fattah, sunan Kalijaga, Sulthan Hasanuddin Banten dan Faletehan, mereka semua pernah menjadi muridnya dalam mengaji ilmu agama.
Nama Syeikh Siti Jenar, sangat masyhur melebihi Wali lain, dimana saat itu hampir masyarakat Kediri, Majapahit, Surakarta serta daerah lain, berbondong datang menjadi muridnya.
Seiring waktu berjalan, dimana Syeikh Siti Jenar, sedang mengalami kecintaan yang berlebihan kepada Allah (Zadab/ Manunggaling kaula Gusti). Beliau segera pergi menjauhi santri santrinya menuju salah satu Goa yang ada di daerah Demak Bintoro. Disini saya (penulis) harus meluruskan sejarah aslinya secara tatanan ilmu tauhid, agar tidak simpang siur.
Apa itu zadab atau Manunggaling kaula Gusti?
"Zadab adalah kecintaan yang berlebihan kepada Allah, sehingga mengalahkan sifat lainnya" Tahapan zadan dengan salik (normal) secara ilmu Tauhid, berbalik arah. Biar pembaca paham, saya jelaskan dulu tahapan zadab dan salik disini.
-Bagi kita orang awam, tahapan ilmu atau kedudukan menjadi Waliyulloh, diawali dari sifat (menjaga kemurnian hati) Naik ke Af'al (menjaga tingkah laku) naik ke Asma' (menjaga asma' Ilahiyyah dari hati secara istiqomah) naik ke Dzat (mengenal keagungan Allah lewat keluasan ilmu bangsa Tauhidiyyah). Cara semaman ini disebut Kamil (sempurna).
Adapun tahapan zadab atau manunggaling kaula Gusti. Tahapannya Dzat dulu (Hanya tertuju kepada Allah) lalu sebawahnya Asma' (selalu mengingat Allah lewat asma' Ilahiyyah) turun ke Sifat (menjaga kemurnian hati) tanpa memiliki Af'al (menjaga tingkah laku. Makannya semua orang yang sedang zadab, tingkah lakunya tidak tertatah rapih, seperti sifat orang kurang waras.
Bila kita sudah paham tentang tahapan ilmu atau kedudukan, kita akan kupas secara rinci apa itu Manunggaling kaula Gusti?.. Barusan sudah dijelaskan bahwa orang zadab, tahapannya Dzat dulu (kasih sayang). Dimana saat itu Syeikh Siti Jenar, sangat menyadari bahwa dirinya lagi Hubbulloh (zadab) dan beliau secepatnya meninggalkan santri menuju salah satu goa. Semua ini agar tidak salah tafsir bagi santri awal (bodoh).
Disisi lain, siapapun yang lagi mengalami zadab, kasih sayang yang dimilikinya akan lebih ditonjolkan 1000X lipat kepada semua makhluk sebagai pengganti dari hilangnya sifat Af'al tadi (semua yang tercipta adalah pembuatan/kasih sayangnya Allah). Disinilah kisah tragedi awal yang menimpa Syeikh Siti Jenar atas kebodohan santrinya kala itu.
Disaat Syeikh Siti Jenar, sedang menjauhi makhluk menuju salah satu Goa, para santri bodoh, dengan analisa akalnya, ingin terus menjaga sang guru dari segala marabahaya. Padahal tanpa dijaga mereka, Allah sudah menjagaNya .
Sebagai seorang yang sedang zadab ( manunggaling kaula Gusti) melihat santrinya datang, Syeikh Siti Jenar, sangat memuliakannya, apapun yang santri minta, beliau mengabulkannya. Hal semacam ini sangatlah masuk akal, sebab siapapun yang lagi dekat dengan Allah, sekali ucap menjadi bukti.
Hanya saja pemahaman salah satu santri bodohnya saat itu, ketajriban Syeikh Siti Jenar, selalu dikaitkan dengan ilmu bangsa Wali lain yang setiap ilmunya harus melalui proses tirakat dan penyatuan tingkah laku. Disinilah awal kehancuran nama Syeikh SIti Jenar. Para santri bodoh tadi akhirnya mulai berani mengajarkan ilmu Manunggaling kaula Gustinya Syeikh Siti Jenar, diluaran. Padahal pemahamannya baru seujung kuku.
Kisah ajaran Syeikh Siti Jenar, melalui santri bodohnya mulai menyebar ke seantero jagat sehingga tidak sedikit dari masyarakat awam lain, mulai mencibir ajaran para Walisongo, yang dianggapnya lambat.
Angin ketenaranpun mulai meruak, nama Syeikh Siti Jenar, selalun di elu elukan sebagian orang dan ilmu kesaktiannya kerap ditunjukkan sebagai basic kesombongan dirim sehingga para Wali mulai tidak menyukai ajarannya yang mudah menyesatkan orang lain.
Intisari:
Pelajari ilmu sampai matang, jangan menjadi salah satu yang angin anginan. Dimana ada orang terkenal, kita berbondong datang dan menarik lainnya dengan satu hujjah disana hebat, masyhur dan terkenal, tanpa mentelaah kebajikan amal, kebersihan hati, keluasan ilmu dan pengajarannya secara keseluruhan. Kisah semacam ini banyak terjadi, padahal kisah Syeikh Siti Jenar, sudah menjadi percontohan sejak 650 tahun yang silam.
HAEKAL GOA GUNUNG MUJAROB
HAEKAL GOA MUJAROB NAGA RAJA
LOUNCHING KEILMUAN HAEKAL GOA MUJARROB NAGA RAJA dan NAGA BUMI. Maha suci Allah atas keagungan ilmuNya, solawat serta salam kam...

-
LOUNCHING KEILMUAN HAEKAL GOA MUJARROB NAGA RAJA dan NAGA BUMI. Maha suci Allah atas keagungan ilmuNya, solawat serta salam kam...
-
(penulis: Idris Al Yatimi 06 Okt 2018) Bagi pecinta ilmu bathin, nama mustika Merah Delima, tentu tidak asing lagi di telinga kita, a...
-
MENGULAS DI DAPATNYA KERIS KELABANG KAKI SERIBU. Penulis : H. Idris Al yatimi Tentu siapapun pernah mengalami datangnya cobaan atau...