Minggu, 04 November 2018


Wifiq kholasoh pembuka kemudahan segala masalah.
Cukup di taruh di dinding rumah. Ditulis secara langsung memakai Tinta Ja'faron made Campa (Thailand).

Mahar Rp. 500rb
Bagi yang berminat atau mau memesan. Inbox saja.
Asli tulisan tangan
Trims

Mendedah Pusaka Melati tumpuk, pemberian Dewi Lanjar.


Mendedah Pusaka Melati tumpuk, pemberian Dewi Lanjar.
Penulis : H. Idris Al Yatimi 

Kisah di dapatnya pusaka ini sudah sangat lama dan tetap tersimpan dengan baik di tempat kholwatku. Tidak seperti pusaka lain, ada beberapa pusaka yang sejak awal saya dapatkan, sengaja tidak ku berikan warangka atau gagang (alamiyyah bilahannya saja). Semua ini saya lakukan karena ada pesan khusus yang kuterima saat penyerahan pusaka tersebut, Untuk jelasnya, saya akan menceritakan seputar perjalanan awal mendapatkan pusaka melati tumpuk.
Pada tahun 2000 yang lalu, dimana saat itu saya lagi semangat semangatnya menjalankan tirakat puasa lepas (tidak makan, minum dan tidur), tepatnya di makbaroh Syeikh Jambu Karang, Purwokerto Jawa Tengah. Malam itu sampai 3X, saya bermimpi di datangi seorang ibu ibu berparas sangat cantik. Beliau memakai kerudung burkat putih yang hanya disampirkan ke rambutnya dan berpakaian seperti seorang bangsawan istana.
Di dalam mimpiku 3x berturut turut, perempuan tadi menyebutkan namanya "Siti Khodijah" Asal daerah Slamaran, dan seolah olah dalam mimpiku saat itu, beliau datang selama beberapa hari menemuiku.
Pada awalnya mimpiku tidak saya hiraukan dan malam itu saya melanjutkan kembali tidurku, namun saya terbangun kembali karena mimpi yang sama hingga semalam 3X aku bermimpi didatangi olehnya.
Pagi harinya tanpa terduga, juru kuncen makam, datang dan berbincang bincang denganku. Disela obrolannya beliau bertanya:
"Sudah dapat bisyaroh belum?" tanyanya.
Aku jawab cuek....."Cuma sekedar mimpi Mbah? didatangi Siti Khodijah"
Lalu beliau bertanya kembali seputar perjalanan mimpiku dan saya jawab apa adanya dari awal hingga akhir. Rupannya beliau menyimak secara seksama cerita mimpiku hingga beberapa kali menghelai nafas panjang. Melihat beliau terdiam, saya balik bertanya.
"Ada apa Mbah.....Sepertinya ada sesuatu yang aneh dengan mimpiku?"
Mendengar pertanyaanku, beliau menatapku tajam tajam dan setelah itu berkata:
"Kamu sangat beruntung" jelasnya. Dan sebelum aku bertanya karena penasaran dengan jawabannya, beliau lebih dulu melanjutkannya.
"Tujuh hari yang lalu, saya kedatangan tamu, beliau menitipkan sebilah keris untuk diserahkan kepada Sapta Jaya. Lalu saya bertanya kepadanya, siapa Sapta Jaya itu? Beliau hanya menjawab. Orang yang memimpikanku 3x berturut turut dalam satu malam. Sejak saat itu saya selalu bertanya kepada siapa saja yang tirakat disini, barangkali salah satu dari mereka ada yang bernama Sapta Jaya. Namun dari peziarah yang saya tanya tidak satupun yang beranama tersebut. Makanya hari ini saya bertanya kepadamu. Mungkin Sapta Jaya, itu hanya syimbol belaka, tapi kenyataannya engkaulah yang bermimpi 3X dalam satu malam" jelas juru Kuncen.
Mendengar ulasan juru kuncen tadi, saya hanya bisa diam, karena waktu itu saya sendiri masih bingung, Siapa sebenarnya Siti Khodijah dan apa kaitannya dengan Sapta Jaya, lalu untuk apa pusaka yang dititipkannya ke juru kuncen? perjalanan ini membuatku saki kepala.
Setelah selesainya tirakat di Syeikh Jambu Karang, tepatnya sehabis sholat isya, saya langsung mendatangi rumah juru kuncen, untuk pamitan pulang. Namun beliau mencegahnya. Malam itu beliau minta padaku untuk semalam saja tidur dirumahnya. Dengan terpaksa saya mengikuti keinginannya.
Rupannya malam itu juru kuncen tadi banyak cerita seputar mimpiku 4 hari yang lalu, bahwa, Siti Khodijah, menurut cerita beliau adalah Dewi Lanjar. Dan Sapta Jaya, adalah gelarku yang diberikan olehnya. Lalu malam itu juga bilahan keris Melati Tumpuk, yang dititipkan kepadanya, diserahkan kepadaku.
"Titip keris ini,,,,dan jangan diberi warangka atau gagang, cukup sewaktu waktu bilahannya diberi minyak wangi dan sesudahnya dibungkus kain putih. Sering seringlah bertawassul kepadanya, Insya Allah, para ahli istana laut Utara, akan membantumu dalam kemudahan. Insya Allah, suatu hari nanti keris ini akan menemukan jodohnya, yaitu Mustika Mani Gajah. Jadikanlah satu wadah, insya Allah untuk ikhtiar apapaun akan dimudahka oleh Allah" jelasnya.
Benar saja apa yang di ucapan juru kuncen makam Syeikh jambu Karang. Setelah 4 tahun berlalu, tepatnya tahun 2004, saya kedatangan tamu wanita, yang mengaku sebagai suruhan Dewi Lanjar, memberikan Mustika Mani Gajah.
Fainsya Allah, kedua pusaka dan mustika ini besok saya lelangkan buat rutnitas anak yatiman. Bagiku beramal kepada anak yatim lebih utama dari benda yang kami miliki.

Salam hormat Tarjamatul Ilmi

TESTIMONI HAEKAL NAGA RAJA. (PAK SASTRO)

TESTIMONI HAEKAL NAGA RAJA. (PAK SASTRO)

Cerita fakta dan pembuktian ini sama sekali tidak dikurangi atau ditambahi. Saya sebagai teman pak Sastro, sangat mengagumi wasilah yang ia miliki, Haekal Naga Raja Goa Mujarrob. Sayangnya saya pribadi belum mampu untuk memaharkannya. Disela silaturrohimku ke kediaman, pak Sastro, beliau malam itu banyak cerita seputar mistik, salah satunya, membahas keajaiban wasilah Haekal Naga Raja.
Jujur saya sangat tertarik setelah mendengar cerita langsung darinya dan semoga suatu hari nanti bisa kesampaian untuk memilikinya. Malam itu pak Sastro, bercerita, bahwa dengan wasilah Haekal Naga Raja, ia mampu menyembuhkan orang kesurupan yang sangat sulit disembuhkan oleh paranormal lain, hanya dengan hitungan tidak kurang dari 3 menit.
Malam itu pak Sastro, ditelpon sahabatnya yang bertugas menjadi angota TNI, bahwa teman beliau yang kini kerja menjadi pegawai salon terkemuka Mar*a Ti*aar...kerap kerasukan. Beberapa kali ia bisa disembuhkan oleh orang pintar, namun setelah perginya paranormal tadi, ai akan kambuh kembali, menjerit dan bicara ngelantur seorang diri. Malam itu pak Sastro, ditelpon olehnya dan setelah ditangani memakai Haekal Naga Raja, kurang dari 3 menit kemudian, wanita tadi jatuh pingsan dan setelah siuman, sampai kini ia tidak lagi mengalami gangguan dari bangsa tak kasat mata, padahal sebelumnya hampir setiap saat penyakit kesurupannya kambuh.
Tamat.
#SALAM_NAGA_RAJA

MENGULAS DI DAPATNYA KERIS KELABANG KAKI SERIBU.



MENGULAS DI DAPATNYA KERIS KELABANG KAKI SERIBU.
Penulis : H. Idris Al yatimi

Tentu siapapun pernah mengalami datangnya cobaan atau godaan berat saat sedang menjalankan tirakat, baik berupa lapar dan dahaga atau takut bertemu dedemit, males akibat amalannya terlalu panjang atau bisa juga kangen istri dan lainnya, apalagi kalau tirakatnya jauh dari rumah.

Godaan semacam ini pernah terjadi pula padaku disaat sedang tirakat menjalankan Hizib Alam Nasyroh, di makbaroh Mbah Kuwu Alang alang, Talun Cirebon Girang. Pada waktu itu saya niatkan dengan cara berpuasa lepas (tidak makan dan minum) selama 4 hari full.

Awalnya saya merasa nyaman walau banyak peziarah datang silih berganti, namun dimalam ke-3, saya merasa terganggu dengan satu kelompok yang berbicara sangat keras diselingi gelak tawa tanpa memikirkan kenyamanan lainnya. Beberapa kali sayamendatangi mereka untuk mengecilkan volume suaranya, namun yang terjadi malah balik sebaliknya, gelak tawanya semakin menjadi jadi.

Malam itu saya mengalah pergi meninggalkan makbaroh menuju tempat lain yang tidak jauh dari lokasi, ternyata tempat itu sangat nyaman, disamping jauh dari lalu lalang manusia, siapapun pastinya tidak bisa melihat karena tertutup oleh banyaknya pohon besar.

Dengan perasaan nyaman kita mulai berdzikir kembali setelah tadi terputus, namun menginjak tengah malam, saya dikejutkan oleh sepasang muda mudi yang datang menyelinap tidak jauh dari tempatku, mereka bercumbu rayu saling cium. Mungkin saat itu mereka tidak melihatku karena tertutup batang pohon, tapi bagiku, adegan mereka membuatku semakin resah. Akhirnya dengan terpaksa saya menyudahi dzikirku dan mendatangi mereka untuk segera pergi dari tempat tersebut, namun kurang dari lima langkah darinya, tiba tiba keduanya menatapku.

Betapa terkejutnya diriku setelah tahu wajah mereka, rupannya keduanya bukan manusia, wajahnya lonjong berwarna putih berkeriput dan kedua telingannya memanjang keatas. Melihat kejadian ini diriku lari terbirit birit menuju arah makbaroh.

Sesampainya di dalam musholla yang letaknya satu bangunan dengan makbarohnya Mbah Kuwu Alang alang, saya mulai mencari orang yang masih melek sekedar untuk berbincang bincang sebagai penghilang rasa takutku, namun ternyata semuanya sudah tertidur pulas. 

Lalu dengan langkah seribu, saya mulai keluar makbaroh menuju warung makan, harapanku semoga disana ada orang yang masih melek, namun baru saja langkahku menuruni anak tangga, tiba tiba dari pos jaga, seseorang memanggilku:

"Mau kemana akang?"

Mendengar ada orang lain yang masih melek, diriku segera menghampirinya, ternyata di sana ada seorang bapak bapak yang sudah berusia tua sedang duduk sendirian. Lalu ia bertanya kembali padaku:

"Mau kemana malam malam begini masih keluyuran?"

"Anu kek,,,,mau cari teman sekedar buat ngobrol" jelasku.

"Ya sudah disini saja denganku" jawabnya.

Malam itu benar benar diriku terhibur olehnya, apalagi beliau sangat pintar bercerita seputar sejarah para Wali. Takutku akan kejadian tadi sedikit berkurang. 

Sebelum menjelang waktu subuh (sekitar pukul 03-15) disela pembicaraan kita, tiba tiba beliau memegang tanganku dan berkata:

"Jangan takut dengan segala godaan, sesungguhnya manusia makhluk paling mulia yang Allah ciptakan" dan entah darimana beliau mengambil, tiba tiba tangannya sudah tergenggam sebilah keris dan menyerahkannya kepadaku.

Setelah keris itu saya terima, seperti ada hawa lain yang merasuki bathinku, mendadak rasa takutku sirna seketika dan tanpa sadar aku bertanya kepadanya:

"Ini keris apa Ki dan dari mana asalnya?"

Beliau menjawab: "Iki keris kelabang sewu dueku dewe" (Ini keris kelabang seribu milikku sendiri) jelasnya.

Mendengar jawabannya saya bertanya kembali.

"Nama kakek siapa dan darimana?"

"Namaku Danusela asal dari daerah sini" jelasnya.

Saat memasuki waktu subuh saya berpisah dengannya dan setelah usai menjalankan sholat berjamaah, saya minta ijin kepada juru kuncen, untuk balik kembali kerumah, namun sebelumnya saya sempat bertanya kepadanya tentang nama Danusela. Mendengar nama ini juru kuncen terdiam dan menatapku tajam tajam.

"Jaga ucapanmu, jangan asal menyebut namanya saja. Emang kamu mau apa tanya nama itu!" jelasnya ketus.

Dengan polos akhirnya bercerita tentang kejadian tadi malam

"Coba lihat mana kerisnya!" masih bernada ketus.

Tanpa rasa curiga, saya mulai membuka tasku dan menyerahkan kerisnya. Dengan sedikit kaget, ia mulai mencermati secara detail keris tersebut:

"Ini kerisku yang hilang kemarin, nih ciri cirinya" sambil ia menunjukkan gagangnya yang terbuat dari Gading gajah.

Mendengar jawabannya saya hanya pasrah saat keris itu diambil olehnya dan saat menuju pulang diantar ojek pangkalan, saya bertanya kepadanya tentang nama Danusela. 

Mendengar pertanyaanku, mendadak ia mengehentikan motornya dan marah besar padaku:

"Hai kalau ngomong yang sopan mas. jangan asal jeplak" tegasnya.

Saya semakin bingung dengan jawabannya, lalu saya bertanya kembali:

"Maaf saya pendatang dan tidak tahu atas nama tadi, makanya saya bertanya"

"Jangan sekali kali lagi kamu menyebut nama itu dengan sebutan tadi, su-ul adab, sebut saja dengan nama Mbah Kuwu Alang alang" 

Mendengar jawabannya saya langsung kaget;

"Jadi nama tadi adalah sebutan Mbah Kuwu Alang alang" tanyaku penasaran.

"Iya, Syeikh Wali Danusela, adalah Mbah Kuwu Alang alang"

"Subahanalloh,,,jadi semalam saya ngobrol dengan beliau?"

Satu minggu kemudian, entah datangnya darimana, tiba tiba keris itu sudah ada di diatas sejadahku.

Insya Allah hari ini atas nama rutinitas mingguan anak yatim, dan demi kemuliannya, saya akan melelangkan keris kelabang sewu untuk menyenangkan hati mereka.

Bulan Syafar identik berbagi kueh Apem

Bulan Syafar identik berbagi kueh Apem
Penulis : H. Idris Al Yatimi

Hampir disetiap daerah, khususnya pulau Jawa, bila sudah memasuki bulan Syafar, mereka akan melalukan satu ritual khusus berbagi kueh Apem kepada tetangga dan masyarakat sekitar. Namun seiring perkembangan zaman, adat semacam ini mulai memudar dan hanya sebagian kecil yang masih menjalankannya, itupun bisa dihitung dengan jemari tangan (hanya bagi orang yang mampu). Padahal di era Walisongo, Adat semacam ini kerap dijalankan oleh seluruh masyarakat bawah, menengah dan kalangan atas.
Mungkin di zaman canggih semacam ini, adat adat semacam ini dianggap tabu, bahkan seiring datangnya gerombolan SIBERAT, yang mengatas namakan agama, tapi faktanya mereka tidak paham hukum, mulai menghilangkan norma dan adat leluhur. Padahal bila kita mau berfikir secara luas tentang semua filosofi yang diajarkan Walisongo, apapun itu bentuknya! Pasti membawa manfaat bagi kita dan ummat banyak.
Kisah berbagi kueh Apem dibulan Syafar, bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya, mempunyai filosofi agung:
"Bisa berbagi dengan fakir miskin serta membuka ketulusan hati untuk selalu mengingat makna syukur kepada Allah"
Lalu kenapa berbagi kueh Apem hanya dilakukan dibulan Syafar? Semua ini bertujuan untuk mengikat sejarah, jangan sampai, kisah agung yang dulu pernah terjadi, hilang begitu saja tanpa manfaat.
Dulu pulau Jawa pernah mengalami kemarau panjang, sumber msta air yang menjadi penopang hidup sulit di dapatkan. Padi dan tanaman lain kering dan mati hingga seluruh kependudukan pulau Jawa, mengalami goncangan hidup yang cukup lama, kelaparan dan kematian massal kerap terjadi dimana mana.
Pada waktu itu harta sama sekali tidak berharga, mereka tidak mampu membeli apapun yang di inginkannya, sebab saat itu, sisa makanan dan minuman yang dimilikinya hanya cukup untuk bertahan hidupnya masing masing. Melihat kenyataan miris ini, jangankan para saudagar mau berbagi sodakoh dengan lainnya untuk diri dan keluarga sendiri, mereka harus saling bunuh demi bertahan hidup.
Betapa sedihnya kanjeng Sunan Kalijaga, melihat carut marut negeri Nusantara, semua rakyat kelaparan dan banyak mati menahan rasa dahaga. Siang malam beliau berdoa kepada Allah, agar kemarau panjang ini cepat berganti.
Disaat keadaan kian genting, Sunan Geseng atau Pangeran Gribik, murid dari kanjeng Sunan Kalijaga, datang dari tanah Arab, membawa oleh oleh berupa kueh Afeum atau afuan , yang memiliki arti "Memohon pengampunan" dan kedatangan Sunan Geseng, saat itu sudah memasuki bulan Syafar.
Dihadapan kanjeng Sunan Kalijaga, kueh itu di wushulkan kepada Allah lalu sesudahnya dibagikan kepada rakyata jelata.
Betapa girangnya hati semua rakyat kala itu, disamping mereka baru merasakan makanan paling lezat yang pernah ada, kueh ini juga atas ijin Allah, memberikan rasa kenyang hingga berbulan bulan lamannya.
Dengan peristiwa ini semua rakyat akhirnya bisa bertahan hidup dan atas syukur mereka, setiap datangnya bulan syafar, turun temurun, semua rakyat Jawa, saling berlomba membuat kueh Apem, untuk dibagikan kepada tetangga dan masyarakat lain.
Kisah kueh Apem, menjadi satu legenda yang tidak bakal pudar hingga akhir zaman, kecuali bagi mereka yang jauh dari makna SYUKUR.

WURTAWUR....RABO PUNGKASAN.



WURTAWUR....RABO PUNGKASAN.
Penulis : H. Idris Al Yatimi

Sebentar lagi masyarakat Cirebon, tepatnya di di malam Rabo, akhir bulan Syafar, atau orang Jawa bilang Rabo pungkasan. Rumah dan tempat tinggal kita akan dibanjiri anak anak kecil, mereka berbondong datang silih berganti, melantunkan doa keselamatan bagi para dermawan yang memberinya sedikit uang receh.
"Wurwurtawurji tawur selamat dawa umur"
yang kurang lebih artinya:
"Lemparkan sedikit rijki kepada kami, niscaya Allah akan memberikanmu panjang umur"
Doa keselamatan ini akan selalu berkumandang setiap mereka datang kerumah kita.
Lalu adakah kisah Rabo pungkasan atau Wurwurtawurji tawur dalam sejarah islam Nusantara?
Kisah Wurwurjitawur, bagian sejarah di era Walisongo. Setelah wafatnya Syeikh Siti Jenar, beliau meninggalkan 17 putra yang masih kecil. Pada suatu petang, tanpa disadari oleh para Waliyulloh kala itu? mereka mendatangi satu persatu rumah masyarakat Cirebon dan sekitarnya dengan melantunkan tembang Wurwurjitawur.
Harapan mereka, setiap rumah yang didatangi olehnya bisa memberikan sedikit rijki sebagai penyambung hidup dikemudian hari. Melihat anak anak Syeikh Siti Jenar, yang berstatus yatim, hampir semua penduduk merasa iba dan memberinya sedikit rijki.
Melihat mereka diberi imbalan, anak anak lain mulai ikutan bersamanya. Malam itu hampir semua anak kecil berbondong bondong ikut serta mendatangi satu persatu rumah penduduk.
Melihat banyaknya anak kecil yang menyanyikan doa keselamatan di halaman rumahnya, Mbah Kuwu Cakra Buana, langsung keluar. Melihat diantara mereka ada putra yatim Syeikh Siti Jenar, Mbah Kuwu menangis tersedu sedu.
Lalu beliau berkata kepada masyarakat lain yang menonton arak arakkan yang mereka lakukan:
"Wahai masyaraktku! ketahuilah kalian, jangan sesekali engkau menolak mereka atau sampai menghardiknya. Sebab takutnya diantara mereka ada anak yatim. Maka berdosalah kita bila tidak memberinya kesenangan"
Kisah ini sampai sekarang masih terlestari dengan baik. Mereka bagian dari kemulyaan kita. Doa mereka membawa kebaikan amal dan kedatangan mereka mengangkat rijki kita dikemudian hari.
Kecuali hanya orang Bakhil yang menolak mereka. Maka bersiap siaplah Allah mencabut kemudahan rijki yang kita terima selama ini.
"Semua Bid'ah hasanah wajib dijalankan setiap diri manusia. Karena Bid'ah hasanah sesuai anjuran baginda Rosululloh SAW"

By Idris Al Yatimi

INSPIRASI DARI SEORANG PEMULUN

INSPIRASI DARI SEORANG PEMULUNG.
Penulis : H.Idris Al Yatimi

Disaat kebuntuan mewarnai perjalanan hidupnya tanpa malu ia mulai banting setir setelah beberapa kali tawarannya ditolak akibat tidak memiliki ijazah.
Saban hari tangannya selalu memungut benda sisa yang dianggap bisa dijadikan uang. Tatapan matanya terus mengawasi sepanjang jalan yang ia lalui. Semoga ada kemanfaatan yang bisa diambil dari pencariannya saat itu.
Tidak jarang kejujurannya harus dibayar mahal. Semua orang takut dan merasa tidak nyaman bila berdekatan dengannya. Otak otak kotor kerap menyeruak apabila ia mendekati seseorang untuk memungut salah satu benda yang berserakan disampingnya.
Kata maling atau pencuri, seringkali ia dengar. Bahkan tidak sedikit anak anak yang notabene sama sekali tidak mengerti apa apa, bisa bicara kasar dengan nada menghina atau meledek!
Tidak ada satupun yang perduli dengan kehidupannya. Kegigihan yang ia torehkan dianggap hina. Pekerjaan halal yang mereka nikmati, sama sekali tidak dihargai. Jangankan orang lain menghormatinya Keluarga sendiri seolah tidak pernah perduli.
Kemiskinan yang sedang dijalani tidak menjadikan keluarga iba. Padahal ia sama sekali tidak merepotkan orang lain. Namun karena kefakirannya semua orang seolah tidak mengenal dirinya.
Bulan berganti tahun, ia mulai memahami konsep hidup. Sedikit rijki yang ia miliki disimpan dengan penuh hati hati. Semakin hari para pemulung lain mulai berani menjual dagangan kepadanya.
Lambat laun ia mulai dikenal para Big boss, sdsama pemulung dan seiring waktu berjalan, daganganya kian habis seiring mereka datang sendiri untuk membelinya.
Kini jangankan sesama orang miskin berani menghina. Para jutawan sekalipun akan merasa malu bila melihat kekayaan yang dimilikinya saat ini. Bahkan keluarga yang dulu takut didatangi olehnya, kini sebaliknya mereka satu persatu mendekat.
INTISARI:
Pekerjaan apapun akan membuahkan hasil bila dijalani dengan semanagat tinggi. Namun kemewahan apapun mudah rapuh, bila hanya berdiam diri dan sebatas mengatur orang lain.

HAEKAL GOA GUNUNG MUJAROB

HAEKAL GOA MUJAROB NAGA RAJA

LOUNCHING KEILMUAN HAEKAL GOA MUJARROB NAGA RAJA dan NAGA BUMI. Maha suci Allah atas keagungan ilmuNya, solawat serta salam kam...